
Suku Ogan. Foto: Internet
Ogannews.com – Kalau kamu lagi scroll cari tahu soal suku-suku asli di Indonesia yang belum banyak diekspos, kamu lagi baca yang tepat. Kenalan yuk sama Suku Ogan, salah satu suku tua yang punya sejarah panjang dan budaya yang masih lestari sampai sekarang. Mereka bukan hanya menjadi salah satu unsur dalam keragaman budaya Sumatera Selatan, tetapi juga memegang peran krusial dalam sejarah peradaban di Indonesia.
Siapa Sih Suku Ogan Itu?
Suku Ogan (dalam bahasa mereka: Hang Ugan atau Jeme Ugan) adalah kelompok etnis yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Ogan, yakni sungai besar yang membelah wilayah Sumatera Selatan dan jadi saksi perjalanan mereka dari zaman dulu sampai sekarang.
Mereka tersebar di banyak kabupaten seperti Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir, bahkan sampai ke beberapa daerah di Provinsi Lampung seperti Way Kanan, Kotabumi, hingga Lampung Timur. Jadi jangan heran kalau kamu ke Metro atau Sukau dan ketemu logat yang beda—bisa jadi itu orang Ogan!
Oh ya, data dari sensus 2010 mencatat bahwa jumlah orang Ogan ini mencapai 720.000 jiwa! Banyak banget, kan?
Asal-usulnya dari Mana?
Kalau ditarik jauh ke belakang, leluhur Suku Ogan diyakini datang dari wilayah pegunungan Seminung-Pesagi sekitar abad ke-14. Mereka mulai menembus dan membersihkan hutan, kalau di sini biasa disebut ‘nyusuk’ di kawasan Ulu Tenggayak, yang sekarang jadi bagian dari Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan.
Dari situ mulai terbentuk beberapa marga pertama, kayak Temenggungan di Ulu Ogan, Samikerian di Pengandonan, sama Aji di Semidang Aji. Mereka inilah cikal bakal dari budaya dan adat Ogan yang sampai sekarang masih dijaga.
Nggak cuma itu, ada juga rombongan berikutnya yang datang dari Bengkulu dan akhirnya tinggal di kawasan Semidang Aji. Marga ini dikenal dengan nama Semidang Alun II Suku III dan disebut-sebut sebagai keturunan dari bangsawan Bengkulu, Raden Cili Mangkusa.
Budaya & Kesenian yang Masih Lestari
Yang bikin Suku Ogan makin keren adalah mereka masih melestarikan budaya dan seni leluhur. Beberapa yang terkenal antara lain:
- Nyambai: pertunjukan seni tradisional yang biasanya ditampilkan dalam acara adat.
- Ngigal: tarian khas Ogan yang energik dan penuh makna.
- Kulintangan: alat musik tradisional berbentuk gong kecil yang disusun berderet.
Meski sekarang anak muda Ogan banyak yang merantau dan hidup modern, banyak dari mereka yang masih ikut melestarikan budaya ini. Bahkan beberapa desa masih aktif mengadakan pertunjukan dan pelatihan kesenian agar nggak punah.
Bahasa dan Pergaulan
Secara bahasa, Suku Ogan sekarang menggunakan dialek yang masuk dalam rumpun Melayu Tengah. Tapi kalau kamu denger langsung, logatnya punya ciri khas sendiri, beda dari Palembang, tapi juga nggak sama dengan Lampung.
Pergaulan mereka juga sangat terbuka. Dalam sejarahnya, orang Ogan pernah menerima pendatang dari Jawa (Demak), Palembang, bahkan Rambang Niru. Asimilasi ini bikin budaya mereka makin kaya, tapi tetap menjaga identitas asli.
Dua Kelompok Utama: Ogan Uluan & Ogan Ulakan
Kalau kita lihat berdasarkan sebaran geografis, masyarakat Ogan ini terbagi dua:
- Ogan Uluan – tinggal di bagian hulu sungai (seperti Ulu Ogan, Pengandonan, Semidang Aji).
- Ogan Ulakan – tinggal di bagian hilir (seperti Muara Kuang dan sekitarnya).
Meskipun tinggal di lokasi berbeda, adat dan rasa persaudaraan mereka tetap kuat. Bahkan, banyak marga yang saling terkait satu sama lain.
Jejak Purba: Gua Harimau
Mau tahu hal yang lebih mind-blowing? Di wilayah OKU (Ogan Komering Ulu), ada situs arkeologi bernama Gua Harimau. Di sana ditemukan tulang-belulang manusia purba yang hidup ribuan tahun lalu.
Memang belum ada bukti pasti kalau mereka leluhur langsung Suku Ogan, tapi keberadaan situs ini menunjukkan bahwa wilayah Sungai Ogan sudah dihuni sejak zaman es! (*)