
Tiga gadis Komering pada tahun 1929 dan makanan khasnya yakni Kasuran.
Ogannews.com – Suku Komering merupakan salah satu suku asli yang mendiami wilayah Sumatera Selatan, terutama di sepanjang Sungai Komering.
Suku Komering bisa dengan mudah ditemui di berbagai wilayah Sumatera Selatan, mulai dari OKU Timur, OKI, sampai OKU Selatan. Boleh dibilang, Komering adalah salah satu suku terbesar di provinsi ini.
Yang menarik, Suku Komering berasal dari rumpun suku Lampung, bukan rumpun Melayu seperti kebanyakan suku di Sumatera Selatan. Ini membuat tradisi dan budaya mereka terasa berbeda dan khas.
Asal Usul dan Sejarah
Konon katanya, leluhur Suku Komering berasal dari sebuah kerajaan tua bernama Kepaksian Sekala Brak di daerah Lampung. Jauh sebelum abad ke-7, mereka mulai bermigrasi ke wilayah Sumatera Selatan. Lama-kelamaan, komunitas mereka pun tumbuh dan membentuk berbagai marga yang masih dikenal sampai sekarang.
Tradisi yang Melekat: Adok atau Jajuluk
Salah satu tradisi unik suku ini adalah pemberian Adok atau Jajuluk, semacam gelar atau nama kehormatan bagi pasangan yang baru menikah. Namanya diambil dari bahasa Komering dan punya makna khusus, jadi nggak bisa asal-asalan. Bahkan, tidak sembarangan orang boleh membuatnya — pemberian Adok biasanya diumumkan saat resepsi pernikahan. Abis dikasih Adok, biasanya pasangan suami istri jadi makin dihormati dan dipanggil pakai nama itu terus, lho.
Ragam Kuliner Khas Komering
Suku Komering juga punya sederet makanan tradisional yang menggoda selera. Berikut beberapa di antaranya:
- Sambal Jok-jok
Sambal ini jadi favorit sebagai pelengkap ikan bakar. Bahan-bahannya simpel—terasi, cabai, garam, gula, jeruk, dan air—tinggal diuleg bareng, rasanya langsung bikin nagih!
- Kasuran
Makanan ini mirip lontong, hanya saja bentuknya digulung menyerupai kasur mini. Hidangan ini sering banget nongol pas Lebaran, jadi favorit keluarga buat dinikmati bareng-bareng.
- Bungkul
Terbuat dari beras ketan dan kelapa parut, lalu dibungkus dengan daun enau atau pandan sebelum dikukus. Aromanya? Bikin lapar!
- Kapicut dan Bugis
Sekilas mirip, tapi bentuknya beda. Kapicut berbentuk kerucut, sedangkan Bugis menyerupai piramida. Dua-duanya dibuat dari campuran beras dan kelapa, lalu dimasak dengan cara dikukus.
Arti di Balik Nama Komering
Nama ‘Komering’ datang dari sungai legendaris di daerah sana — Way Komering — yang dulunya jadi jalur penting buat kehidupan mereka. Dalam sastra lisan dan babad lokal, nama ini bahkan sering dikaitkan dengan akar sejarah yang menyambung hingga ke Tanah Pagaruyung dan Gunung Pesagi.
Salah satu syair lokal berbunyi:
“Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung…”
Syair ini menggambarkan nilai-nilai adat yang diwariskan turun-temurun oleh para leluhur Komering.
Di Mana Suku Komering Tinggal?
Saat ini, populasi Suku Komering mayoritas berada di tiga kabupaten utama:
- Ogan Komering Ilir (OKI): sekitar 57%
- Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS): sekitar 59%
- Ogan Komering Ulu Timur (OKUT): sekitar 55%
Sisanya tersebar di beberapa daerah lain, termasuk Kota Palembang.
Suku Komering bukan sekadar nama di peta budaya Indonesia, tapi juga bagian penting dari sejarah dan keberagaman Sumatera Selatan. Dengan tradisi yang masih dijaga dan kuliner khas yang terus dilestarikan, Komering tetap menjadi identitas yang kuat di tengah modernisasi zaman.
Jika Anda tertarik mengeksplorasi budaya Indonesia lebih jauh, jangan lewatkan untuk mengenal Suku Komering lebih dalam. Karena dari sungai yang mengalir, lahirlah peradaban yang terus hidup hingga hari ini. (*)