
Tradisi suku Ogan: Kupek Tuhun Mandi. (Foto: Internet).
Ogannews.com – Setelah sebelumnya kita bahas secara singkat soal sejarah Suku Ogan di Sumatera Selatan, kali ini yuk kita dalami salah satu tradisi unik yang masih lestari sampai sekarang, yakni Kupek Tuhun Mandi.
Eits, jangan salah sangka dulu. Ini bukan cuma acara guyur-guyur bayi buat seru-seruan, ya! Tradisi ini nggak asal dilakukan, karena mengandung filosofi mendalam dan jadi ciri khas budaya Suku Ogan.
Sungai Ogan: Lebih dari Sekadar Aliran Air
Sebelum masuk ke ritualnya, kita perlu tahu dulu: Sungai Ogan itu ibarat nadi kehidupan bagi masyarakat Suku Ogan. Mulai dari urusan bersih-bersih badan, nyuci baju, cari nafkah, sampai nyebrang kampung, semua ngandelin sungai ini. Jadi nggak heran kalau upacara adat seperti Kupek Tuhun Mandi juga berlangsung di sepanjang aliran sungai ini, dari hulu sampai hilir.
Jadi, Apa Sih Kupek Tuhun Mandi Itu?
Kupek Tuhun Mandi adalah ritual memandikan bayi yang baru lahir, sebagai bentuk penyambutan sekaligus pembersihan secara spiritual. Tapi yang bikin menarik, proses ini dilakukan sebelum matahari benar-benar nongol—ya, bener-bener pagi buta. Masih sepi banget, embun belum bubar, dan udara dari sungai masih adem natural.
Oh iya, yang mandiin bayi ini nggak bisa asal tunjuk orang, lho! Cuma ibu-ibu tetua adat yang udah senior dan ngerti betul soal tradisi yang boleh turun tangan.
Ritual Simpel, Tapi Sarat Makna
Setiap elemen dalam ritual ini punya makna tersendiri. Cek nih:
- Puntung Api: Diayun-ayunkan oleh tetua adat sepanjang jalan menuju sungai. Katanya sih, asap ini ampuh buat nyingkirin sial, energi jelek, sampai gangguan makhluk halus.
- Jeruk Nipis: Diusap ke kepala bayi. Bukan buat bikin pedas, ya, tapi sebagai simbol penyucian dan semacam “shampoo adat” ala nenek moyang.
- Uang dan makanan: Ini bagian paling seru buat anak-anak. Biasanya dilempar sebagai simbol berbagi rezeki dan ucapan syukur dari keluarga bayi.
Orang tua bayi juga ikut serta, mengiringi dari rumah sampai ke sungai sambil membawa bahan-bahan tadi. Pas udah nyampe di pinggir Sungai Ogan, prosesi langsung dimulai dengan suasana sakral tapi tetap seru, apalagi waktu makanan dan uang mulai dilempar. Anak-anak langsung berebut dengan ceria!
Warisan Budaya yang Masih Bertahan
Yang luar biasa, meski zaman udah serba digital, Tradisi Kupek Tuhun Mandi masih eksis dan dirawat dengan penuh kebanggaan oleh masyarakat Suku Ogan, khususnya yang masih menetap di pedesaan. Buat mereka, ngelestarikan tradisi itu bukan cuma soal nostalgia, tapi soal merawat identitas dan tetap selaras sama alam.
Kalau kamu penikmat budaya lokal, ritual ini wajib masuk daftar tontonan langsung. Dari satu tradisi simpel ini aja, kamu bisa ngerasain gimana kentalnya nilai-nilai lokal kita—penuh makna, rasa spiritual, dan kebersamaan yang udah mulai langka di zaman serba cepat kayak sekarang. (*)